Minggu, 15 Agustus 2010

It's About Mommy and Babies

Pernahkah kalian mendengar bahwa kasih ibu sepanjang masa? Bahkan di negara mana pun, seorang ibu selalu diagungkan sehingga ada peribahasa "Surga ada di bawah telapak kaki ibu". Di bagian inilah kita semua dapat melihatnya, bagaimana seorang ibu memperjuangkan nyawanya sendiri agar dapat melahirkan anaknya dengan selamat dan bagaimana bahagianya mereka saat pertama kali menggendong bayi yang dilahirkannya. Mari simak ceritaku di bagian ini.

"Perhatian! Dalam pembuatan cerita ini, tidak ada Koass maupun Bumil, Suaminya apalagi anaknya yang terluka atau sengaja dilukai. Kebenaran kisah di sini adalah fakta belaka, akan tetapi namanya adalah rekayasa."

Hari pertama di bagian OBGYN kami mulai pada hari Sabtu, hari dimana kami semua melapor untuk masuk ke bagian ini. Sejujurnya aku sangat tegang, kenapa?karena dapat kabar dari teman-teman kalau bagian ini sedang "panas-panas"nya karena ada salah seorang senior yang berbuat masalah saat di bagian ini. Menurut kakakku, bagian OBGYN adalah mayor paling menyenangkan dan santai diantara semua mayor, tapi dengan kejadian ini mungkin tidak akan sesantai dahulu. Percakapan pun dimulai dengan Sang Kepala Bagian dengan format melapor standard Koass.

"Permisi, Dok, Kami Koassisten baru yang akan mulai masuk bagian ini Senin nanti" (standard)
"Ya, berapa orang?", kata dosen kami itu.
"Sembilan, Dok, satu lagi harusnya ikut tapi karena sakit dan dirawat, akhirnya mengundurkan diri"
"Hm...Ya udah, belajar ya dari senior-senior kamu,"
"Siapa nih, ketua Koassnya?", tambah beliau

Saat itu, aku memang mengajukan diri jadi ketua pada teman-teman, tetapi dalam hati berharap ga dipilih, hahahaha. Akan tetapi, teman-teman berkata lain, serta merta langsung menunjuk aku sebagai ketua di depan dosen kami itu (T_T). Begini percakapannya :

"Oh, jadi kamu ketuanya?", kata dosen kami sambil melihat saya dari atas ampe bawah (semua masih menunjuk ke aku dan para senior ikut melihat), Jujur aja, entah kenapa kerasa kaya hewan di kebun binatang lagi rame-rame diliat ama pengunjung dengan tulisan "Please don't feed the animal". Akhirnya proses melapor pun diselesaikan dengan orientasi ruangan VK (VerlosKamer) dan ranap (rawat inap-red) untuk proses persalinan dan kuret (karena masing-masing konsulen memiliki ciri yang berbeda).

Menjelang hari pertama saya di Mayor pertama itu, hal pertama yang dilakukan adalah menonton video-video yang telah dibuat oleh para pendahulu kami agar terbiasa dengan keadaan di semua kegiatan (Tapi jujur aja ya, kedokteran itu ada "learning by doing", Trust me, people). Mungkin udah berpuluh-puluh kali saya nonton video-video itu melebihi saya liat film biru, hahahaha. (b'canda ya teman-teman)

Nah, cerita menarik yang saya alami di sini adalah tidak lain dan tidak bukan, saat datang hari-hari dengan tanggal yang bagus. Entah kenapa, pasien yang datang umumnya minta dilakukan tindakan operatif atau kita sebut SC (SectioCaesarea). Kira-kira ini perbedaan pasien yang datang di hari biasa dan hari yang bagus :

Pasien di hari biasa :
Koass (K) : "Permisi, Bu, mo diperiksa dulu ya."
Bumil (B) : "Iya, mari silahkan, Dok."
K : "Wah, Bu, bayi ibu letaknya terbalik tapi semuanya alhamdulillah normal."
B : "Iya, Dok, kira-kira kalau ga dioperasi bisa ga ya?"

Pasien di hari bagus :
K : "Permisi, Bu, mo diperiksa dulu ya."
B : "Iya, Dok, silahkan."
K : "Yah, anak ibu sehat ya, mungkin dari pemeriksaan lahir malam ini atau besok
pagi, Bu."
B : "Yaaah, Dok, saya dioperasi aja ya hari ini! Tanggalnya bagus!"

Dari kedua percakapan tersebut bisa kita lihat bahwa kebanyakan orang tua mengharapkan anaknya dilahirkan di hari dan tanggal yang bagus jika memungkinkan. Kalau kata kakek saya yang sudah meninggal sih katanya membawa rezeki, tapi ga tau tuh benar atau salah.

Tetapi, hal paling menarik yang saya alami di sini adalah bagaimana seorang ibu berusaha keras untuk melahirkan buah hatinya ke dunia ini walau harus berkorban banyak. Pernah suatu saat saya mendapati kasus seorang Ibu dengan status kehamilan G5P4A0, sungguh Amazing bukan? Beliau dan Sang suami masih berusaha untuk mendapatkan anak laki-laki yang konon katanya dianggap sebagai penerus Ayah dalam usaha dan pekerjaannya.

Walau begitu adanya, keluarga ini pun tetap memperhatikan keempat anak perempuannya. Buat mereka, tak ada perbedaan dalam pemberian kasih sayang dan perhatian. Hal ini bisa terlihat dimana saat Sang ibu mendekati pembukaan 9 dan akan masuk ke fase melahirkan, seorang anaknya perempuannya yang paling tua (20-an) datang pada saya dan menangis karena melihat ibunya menahan rasa mules luar biasa. Bahkan saat masuk dalam proses persalinan, keempat anaknya menangis sedikit keras mendengar ibu mereka berusaha mengeluarkan adik mereka sambil sedikit berteriak berusaha mendorong bayi keluar dari rahim.

Mendorong? Ya mungkin itu bahasa awam yang kita gunakan untuk menjelaskan proses persalinan. Mungkin hampir di semua dunia, percakapan saat membantu proses persalinan adalah sebagai berikut (tentunya dalam bahasa masing-masing negara ya) :

"Aaaaaaaa.....!!!!", suara ibu berteriak
"Ayo, Bu, Dorong....!tarik napas...!dorong...!!!", kata dokter, koass, atau perawat yang membantu
"Uuuuuhhhh!!!!Aaaaaaaahhhh!!!!", kembali ibu berteriak berusaha mengeluarkan
"Ayo, Bu!!!Sekali lagi!!!! Doroooong...!!!!!!!!!" (kadang jadi suka ikut kebawa emosi lho), lalu beberapa menit kemudian Voilla! Keluarlah makhluk kecil imut nan lucu yang kita sebut bayi.

Pengalaman lain juga saya dapat dari sepasang pasangan baru nikah yang ternyata umur istrinya lebih muda dari saya (ini kadang-kadang bikin temen-temen koass cewe saya pada minder,hehehehe). Sebut saja namanya Tina, dia adalah seorang calon ibu yang memiliki suami bernama Tedjo (sebut juga begitu). Mereka berdua adalah Pasangan yang baru menikah di usia muda, Tapi hal yang seru di sini adalah Tedjo itu seorang cowo yang gampang cemas dan sepertinya penakut. Bisa dibayangkan sendiri kan gimana proses persalinannya?

Saat sedang melahirkan, Tedjo sudah hampir pingsan berkali-kali melihat usaha Tina mendorong bayi keluar, bahkan akhirnya digantikan oleh kakak dari Tina berhubung Tedjo yang cemas dan nyaris pingsan. Untunglah proses persalinan pun berjalan dengan lancar tanpa adanya Distosia (gangguan jalan lahir) di kehamilannya yang pertama.

Bagi saya pribadi, hal yang paling menyenangkan dan membuat saya terharu adalah ekspresi muka dari pasangan suami-istri yang baru mendapatkan keturunan tersebut. Sungguh suatu hal yang luar biasa melihat bagaimana mereka tersenyum puas saat buah hati mereka lahir. Sang Ibu, walau sudah kecapean dalam proses persalinannya, tetap tersenyum seakan rasa lelah hilang begitu saja melihat buah hati yang baru lahir. Sang Ayah tampak kegirangan, menceritakannya ke semua keluarga dan keluarga pasien lain bahwa dirinya telah menjadi seorang ayah. Sungguh suatu moment yang luar biasa membayangkan bagaimana dulu orang tua kita juga memiliki ekspresi yang sama saat melahirkan kita dan menambah rasa sayang kita kepada orang tua kita.

Pesan saya :
"Sayangilah kedua orang tuamu seperti saat mereka menjaga dan memperjuangkan kita saat dilahirkan, Karena, believe it or not, sebenarnya tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya dan tidak ada anak yang tidak sayang pada orang tuanya."

Begitulah kiranya cerita yang ingin saya bagi kepada para pembaca, dan lain waktu akan saya ceritakan hal lain seputar saya di bagian ini. Jangan segan-segan kirim cerita-cerita menarik kalian di Rumah Sakit baik hal-hal lucu, romantis atau bahkan cerita hantu sekalipun ke phemaw.adit@gmail.com. Cerita yang dikirim akan diedit sesuai keperluan agar tidak merugikan orang-orang tertentu.

So...that's my story...how about you?