Kamis, 08 Juli 2010

...How I Meet U, and How We Love Each Other...

Kiriman dari seorang senior, kisah yang cukup bagus untuk disimak.
(Beliau tidak menyebutkan nama dan mengirim karena mendengar adanya blog ini dari keponakannya)

Selama kita semua hidup di dunia ini, pernahkah kita terpikir, apa itu “cinta”, apa itu “kebahagiaan”, apa itu “ kesalahan”, dan apa itu “penyesalan”. Bagi orang2 awam yg tidak mengerti, kata-kata ini tidaklah lebih dari bentuk dari suka duka hidup di dunia. Tapi sebenarnya semua kata2 ini akan membawa kita menuju kehidupan yg lebih baik, tergantung bagaimana persepsi kita akan keempat kata di atas.

CINTA disebutkan sebagai hal yang membawa kebahagiaan, dielu-elukan sebagai suatu hal suci yang menghubungkan dua insan ciptaan Tuhan. Tapi bagaimana jika cinta itu hanya sebelah pihak, hanya karena paksaan, dan hanya untuk dibanggakan. Apakah kedua makna di atas tetap berarti. Tentu tidak!!! Sebuah cinta hanya akan memiliki makna jika bisa membawa dua hal, yaitu kesempurnaan dan masa depan.

Seorang laki-laki tidaklah bisa hidup tanpa seorang wanita, dan begitu juga sebaliknya. Bohong jika dikatakan “saya bisa hidup sendiri”, “saya tidak butuh siapa-siapa”. Itu semua BOHONG BESAR. Seorang laki-laki membutuhkan wanita untuk disayangi, untuk dilindungi dan untuk memberikannya keturunan. Wanita pun membutuhkan kehadiran laki-laki untuk menyayangi dan melindungi dia dan anaknya kelak. Dalam hubungannya pun keduanya harus dapat menjalankan kewajibannya masing-masing tanpa lepas dari tanggung jawabnya. Setelah semua hal di atas tercapai, barulah kata SEMPURNA dan MASA DEPAN kita dapatkan.

Berdasarkan pemahaman definisi itulah, saya akan memulai cerita mengenai bagaimana saya dan istri saya bertemu, menikah, mempunyai anak dan mencapai kesempurnaan secara lahir dan batin. Semoga pembaca yang muda dapat menyimak dan mengambil makna dari cerita ini.

Pernahkah kalian berpikir akan suatu kata yang disebut SOULMATE? Suatu kata yang yang dalam bahasa Indonesia berarti "belahan jiwa" dan melambangkan pasangan yang saling mencintai hingga akhir hayat menjemput mereka. Buat sebagian orang, menemukan belahan jiwa mereka sama dengan mendapatkan kesempurnaan dan masa depan. Akan tetapi, pernahkan kalian berpikir bagaimana kita bisa bertemu dengan belahan jiwa kita? Apakah semudah gambaran film-film sinetron di televisi yang mempertemukan dua insan dengan hanya saling melirik atau berawal dari perpecahan hingga akhirnya saling cinta? Tentu tidak demikian adanya di dunia ini. Kita tidak akan pernah tahu bagaimana dan kapan soulmate kita akan datang. Inilah permainan Tuhan untuk mempersatukan kita dengan pasangan hidup kita.

Permainan Tuhan inilah yang kemudian mempersatukan jalan saya dan istri saya. Selama masa perkuliahan, saya (panggil saya Bams, dari nama Bambang) dan Istri saya (sebut saja Nina, karena mempermudah cerita), tidak pernah bertegur kata. Nina adalah anak keturunan dokter bedah terkemuka dengan paras ayu dan tinggi semampai (bahkan dia mendapat gelar miss campus saat itu). Saat itu, semua laki-laki, baik senior maupun teman seangkatan kami selalu berusaha mencari celah di hatinya untuk masuk. Sedangkan saya hanyalah seorang kutu buku yang lahir dari keluarga dokter biasa. Ayah saya membuka klinik kecil-kecilan di tengah kota, semasa mudanya, beliau adalah anak yang terkenal Jenius di angkatannya, hanya sayang karena keterbatasan biaya, beliau tidak bisa untuk mencapai ke jenjang spesialisasi. Berawal dari cerita dia atas, Beliau ingin menjadikan saya seorang dokter yang sukses dan bisa mencapai jenjang spesialisasi (jujur saja, dokter favorit saya sampe saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah beliau).

Dari cerita di atas, pasti para pembaca akan berpikir, bagaimana seorang miss kampus yang populer bisa menjadi istri seorang kutu buku yang satu-satunya kelebihan dia diantara wanita adalah Invisible To A Girl. Yep, itulah satu-satunya kelebihan saya, entah kenapa tak ada wanita yang akan melirik saya walaupun sudah berdandan mati-matian mengikuti para artis di zaman saya dulu. Di sinilah permainan Tuhan mengambil alih.

Semula berawal dari masa tahun kedua kami di kegiatan ko-assistensi. Saya saat itu sedang berada di stase penyakit dalam, dan dia sedang berada di stase Anak. Sebelumnya, kita berdua sempat stase bareng di mata, tapi sesuai keahlian saya, dia tidak akan ingat pernah bareng dengan saya. Pertemuan kami yang paling berkesan adalah saat minggu ketiganya kami berdua di stase tersebut, terjadi hal konyol yang mempersatukan kami. Saya kebetulan saat sedang mengendarai motor, diserempet oleh sebuah mobil yang sedang melaju dengan kencang, dan sempat tak sadarkan diri karena mengalami perdarahan yang cukup banyak. Nina sendiri mendadak pingsan saat sedang memeriksa pasien, dikarenakan penyakit yang belum diketahui oleh dokter di sana. Di bangsal pasienlah kami bertemu dan dibaringkan diranjang yang bersebelahan (Dia 401 dan gw 402), dan di sana pula kami mengenal pribadi kami satu sama lain. Satu hal yang tidak pernah saya lupa adalah bagaimana senyumannya yang dapat meneduhkan perasaan saya.

Selama kami dibaringkan diranjang masing-masing, kami berbicara berbagai macam hal, dari apa hobby kami, artis atau penyanyi kesukaan, bahkan hingga masalah-masalah pribadi yang hanya kami sendiri yang tahu. Waktu yang kami lalui tidak pernah terasa, waktu seakan berjalan sangat cepat dan tanpa disadari. Jika pada zaman ini, kita sebut itu "Time Warp". Satu hal yang gak pernah saya lupa, adalah waktu Nina bilang begini :

"Makasih banget ya, Bams, mau jadi temen aku buat cerita selama ini."

Yang saya jawab : "Eh, ko tiba-tiba? Emang kenapa, Nin?"

"Ga tau kenapa kalau sama kamu, waktu itu seakan ga kerasa, kaya zeeep aja gitu dalam sekejap, hehehehehe. Kayanya aku tau deh kenapa bisa gini", (Nina sambil tersenyum manis dengan wajah memerah)

"Kenapa memangnya, Nin?", sejujurnya saya hanya berharap dia muji saya, tapi jawaban Nina sungguh tidak terduga.

"Karena aku kayanya udah nemuin belahan jiwa aku, Bams, dan aku seneng banget ma dia.", (wajah memerah)

"HUHHH???SIAPA??SIAPAA?", jelas sekali wajah saya saat itu udh konyol banget karena masih belum sadar maksud Nina.

"Aaduuuh!!!!Kamu ini....ya kamu lah!!!", (wajah Nina merah merona sambil mengeluarkan suara manja)

"Huuuh???Seriiuss, Nin???Aku???", jujur masih ga percaya

"Iyaaaa, Aku suka Kamu, Bams, kalau kamu gimana?", tanya Nina

"Aaaa...akuuu....ju..ju..juga...suka kamu, Nin, Sumpah!!!", Sumpah saat itu perasaan saya udah kaya kepiting rebus.

"Seriuus?bukan kasiaan kan ma aku?", (Nina sambil melirik ke arah saya dengan matanya yang besar)

"Iya, aku serius...Nin, mau ga kamu jadi pacar aku?", (tanyaku tegas)

"Mau...mau...Ehhmmm...jadi sekarang kita pacaran kan?", (Nina balik bertanya)

"Ya, kita pacaran..."

Malam itu, pembicaraan berakhir setelah kedua bibir kamu saling mengecup satu sama lain. (Hal yang cukup gila kami lakuin karena ini di rumah sakit, tapi untung tidak ada pasien selain kami berdua. tapi adik-adik jangan ditiru ya)

Setelah kejadian itu, saya akhirnya resmi pacara ma Nina, di sela-sela kesibukan kami di stase masing-masing, minimal kami pasti bertemu untuk ngobrol sambil makan siang berbagi kangen dengan seorang yang kamu sayangi dari dalam hati kamu. Saat inilah kebahagiaan akan lengkap dengan cinta dan kasih sayang.

Setengah tahun kemudian, kami lulus dokter dan berencana untuk melanjutkan ke jenjang spesialis, dan seperti biasa kami harus bekerja dulu ke luar daerah. Nina di Sumatera tempat sepupunya tinggal dan saya di Sulawesi. Walaupun kami terpisah jauh, tapi hubungan SLJJ masih kami lakukan. Long Distance Relationship klo bahasa kerennya sekarang. Hal yang kami obrolkan seputar kabar, kesehatan, berbagi pengalaman, dan hal-hal lain yang dapat kami bicarakan. Satu tips dari saya, hubungan akan berjalan dengan baik asal ada kepercayaan dari masing-masing pasangan.

Akhirnya 2 tahun kemudian, saya mendapat kesempatan duluan mengambil jenjang spesialis penyakit dalam (kebetulan saat itu peminatnya kurang). Nina yang tadinya ingin spesialis anak mengurungkan niatnya terlebih dahulu karena suatu alasan yang akan saya ceritakan nanti. Satu tahun berselang kegiatan residensi saya di ilmu penyakit dalam, sekarang saya siap meminang Nina menjadi istri saya dan melaju ke arah yang lebih tinggi. Setelah mendapat izin dari kedua orang tua kami, kami pun akhirnya menikah, dengan catatan tidak mempunyai anak terlebih dahulu sebelum saya mempunyai pekerjaan tetap. Hal ini bukan hal yang sulit jika kamu mencintai orang karena perasaan kamu, bukan karena hal lain yang kamu inginkan darinya.

Awal pernikahan tentu awal yang sulit bagi kami berdua. Ada beberapa masalah umum yang terjadi antara suami-istri yang baru menikah. Akan tetapi, hidup kami tidak kurang suatu apa pun. Saya memiliki orang yang ingin saya lindungi dan sayangi sepenuh hati. Nina pun merasa nyaman karena memiliki saya sebagai sosok yang menyayangi dan melindungi dia saat ini. Saat itu kehidupan kami berjalan tanpa kurang suatu apa pun, sampai hal itu terjadi.

Duka pernikahan kami berawal dari saat saya sudah menjadi spesialis ilmu penyakit dalam dan sudah mempunyai pekerjaan tetap di sebuah rumah sakit besar. Nina yang sering sakit-sakitan saya temukan tergeletak pingsan di dalam rumah. Antara panik dan bingung menyerang saya, walau saya sudah menjadi dokter spesialis, saya tak bisa berpikir jernih mengenai penyakit Nina (Inilah alesan mengapa kita tidak boleh memeriksa keluarga kita sendiri). Saat itulah Mertua saya yang kebetulan datang langsung menelpon teman sejawatnya (yang juga guru saya) dan langsung membawa Nina ke Rumah Sakit. Dari semua pemeriksaan yang dilakukan, akhirnya mertua saya membocorkan kepada saya bahwa Nina memang memiliki kelainan Jantung dari kecil, hanya dia meminta untuk merahasiakannya kepada saya (hal ini yang membuat Nina tidak jadi mengambil spesialisasi Anak). Diagnosa penyakit Nina saat ini adalah Left Ventricular Hipertropy, dimana ventrikel sebelah kiri jantung membesar. Satu-satunya harapan dia untuk sembuh hanyalah adanya donor organ yang saat itu masih dipertanyakan izin untuk melakukannya. Kendala lainnya adalah di negara kita ini belum ada yang bisa melakukan tindakan tersebut. Dokter memvonis hidupnya tinggal 1 bulan lagi jika tidak mendapat donor.

Orang tuanya lengah karena menganggap penyakitnya sudah tidak lama kambuh, padahal sebenarnya Nina juga menyembunyikan sakitnya itu kepada mereka. Saat itu tidak ada satu pun hal yang bisa saya lakukan selain berdoa dan berharap keajaiban. Tapi tentu hal itu tidak ada artinya buat Nina, dia hanya bisa berbaring di Rumah Sakit tanpa bia berbuat apa-apa. Dari hal tersebutlah, terbesit niat saya untuk membuat sisa hidupnya menjadi bahagia dengan sebelumnya meminta izin kepada orang tuannya. Nina kemudian saya ajak keluar dari rumah sakit.

Satu hal yang pasti saya lakukan, membuat satu bulan sisa hidupnya bahagia. Saya dan dia kemudian melakukan berbagai macam hal dari pergi ke Disneyland, Singapura, dan berbagai kota yang ingin dia datangi. Semuanya kami foto sebagai kenang-kenangan kami berdua dan bukti bahwa Nina pernah "hidup" dengan bahagia. Tak ada satu pun foto dirinya yang tidak dipenuhi dengan senyum. Seakan ingin berkata :

"Jangan khawatir, saya bahagia."

Akhirnya waktu yang ditentukan pun tiba. Nina menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit yang sejak dia kecil menjadi tempat dia dirawat inap dari penyakitnya. Suasana di sana penuh dengan duka dan isak tangis keluarga saya dan juga dia. tapi ada satu hal yang saya anehkan, saya sama sekali tidak bisa menangis dan mengundang pertanyaan "benarkah saya mencintainya?" dan "jika benar, mengapa saya tidak bisa menangis".

Dua bulan semenjak kematian Nina, saya membereskan barang-barang Nina di rumah karena saya akan pindah ke Jakarta akhir bulan untuk bekerja di rumah sakit di sana untuk menghapus kenangan buruk akan kota tempat saya lahir dan tempat Nina dikuburkan ini. Saat itu, alangkah terkejutnya saya menemukan sebuah buku catatan kecil dari Nina yang berisi rencana-rencana dia di masa depan, seperti ini :

"tanggal 24 Januari 19xx : bersama Bams yang saya cintai mengelilingi Eropa"
"Bulan Desember 19xx : saya positif hamil, Mau memberi kejutan buat Bams."
"Bulan Juli 19xx : memeriksakan kehamilan bersama Bams."
"Bulan Agustus 19xx : anak pertama kami lahi...horeee.", dan seterusnya.

Dari diarinya tersebut, saya akhirnya tau bahwa Nina berjuang keras melawan penyakitnya untuk mewujudkan semua mimpi dan rencana masa depan dia. tanpa sadar saya pun meneteskan air mata, perasaan bahagia dan sedih bercampur aduk. Bahagia karena dia tidak pernah sedikit pun meragukan cinta saya padanya, dan sedih karena orang yang bener-bener saya cintai sudah tidak ada lagi di dunia ini. Malam itu saya menangis keras diiringi hujanyang turun deras seakan ikut menangis bersama saya.

Sekarang saya ada di sebuah Rumah Sakit besar di Kota impian tempat Nina ingin sekali tinggal di sini, dan tentu saja saya masih duda dan akan selalu duda. Buku diari milik Nina selalu saya bawa kemana pun saya pergi. Pasti kalian bertanya kan mengapa saya tetap menduda?semua itu karena belahan jiwa buat saya hanyalah Nina seorang dan kebahagiaan serta masa depan saya juga adalah Nina seorang.

Pesan :
Pada kehidupan nyata, bertemu dengan the one dan soulmate sangatlah susah, oleh karena itu, jika kamu merasa menemukannya, cintai, dan bahagiakanlah dia selagi kita bisa bersama. Karena suratan takdir tidak pernah ada yang tau. Terima kasih.

Rabu, 07 Juli 2010

Forensic, Childish and The Super Observer

Salah satu cerita sang teman (^_^)
(Cerita ini tidak menggunakan nama sebenarnya, kesamaan nama, waktu, dan tempat hanyalah kebetulan semata)

Hai, Phem (bener ga?), Salam kenal ya, gue mau ikutan sharing nih karena tertarik baca dari promosi lu di blog-nya Bang Pandji. Cerita gue berdasarkan pengalaman masuk forensik, pokoknya gue ceritain suka dan duka yang gue alamin.

Masuk ke dunia ke dunia kedokteran tentu belum pas jika belum mengenal cadaver dan mayat. Kedua hal ini selalu jadi bahan pertanyaan teman-teman kita yang bukan anak kedokteran. Umumnya mereka bertanya begini :

"Yud, klo masuk kedokteran megang mayat ga sih?atau hanya bedah kodok?" (emangnya mau bikin swike?)
"Masuk Rumah Sakit harus masuk kamar mayat ga sih?" (Gak selalu tentunya)
"Ko berani sih ke kamar mayat?Gak takut apa?", bahkan
"Kalian buka-buka mayat orang, ga takut karma ya?tar dihantui lho" (sejujurnya ini sudah pernah terjadi)

Kita sebagai Ko-ass atau mahasiswa kedokteran biasanya hanya menjawab dengan ketawa-ketiwi kecil, senyum bahkan dengan anggukan semata. Akan tetapi setelah gue masuk forensik, semua pertanyaan di atas bisa gw jawab dengan cerita-cerita yang sayang sekali kalau tidak kita ceritakan.

Ada dua hal yang menjadi keuntungan di dunia Forensik. Yang pertama adalah PASIEN TIDAK PERNAH MARAH ATAU MENGELUH (bisa kebayang kan klo pasien mengeluh?yang ada dokternya yang pada pingsan) dan yang kedua (keuntungan yang disalahgunakan oleh temen gue) adalah BAU BADAN GA BISA DIBEDAIN DENGAN BAU MAYAT, jadi mandi atau tidak mandi, teman-teman anda tidak akan tahu, hehehehe....

Ada suka maka ada duka. Duka yang biasanya ko-ass forensik rasakan tidak lain dan tidak bukan adalah sistim on-call yang mengharuskan setiap ko-ass yang bertanggung jawab datang untuk melakukan visum baik mati ataupun hidup. Pernah waktu itu gw nyetir kesetanan dari dago pakar buat sampe ke rumah sakit tujuan menjawab panggilan, padahal lagi berduaan ma pacar lho, akhirnya pacar gue ikut dibawa deh. Temen gue malah lagi nonton "Avatar 3D" dan sudah mau klimaksnya (30 menit sebelum terakhir-red) tau-tau dapat panggilan, terpaksa deh doi pergi demi kewajiban.

Duka kedua adalah kita harus terbiasa untuk mencium bau busuk (makanya ga mandi ga apa2) dari mayat dan melihat belatung-belatung, dari kecil sampe besar, yang sering ditemukan pada tamu-tamu (mayat-red) yang sudah membusuk. Dari sini lahir dua tipe ko-ass forensik, yang kurus karena nafsu makan berkurang, dan yang menggendut malah karena nafsu makan bertambah (lho?tp emang makanan di sana enak-enak), sehingga masuk sini boleh dijadikan salah satu metode penurunan tau penaikan berat badan, hehehehehe.

Kasus-kasus di Forensik sangatlah beragam, baik yang mati secara wajar maupun mati yang tidak wajar. Ada salah seorang tamu yang ditemukan sudah busuk di dalam sungai (baunya luar binasa), atau mrs.X yang ditemukan tergeletak kaku di rumahnya dalam keadaan telanjang (diduga karena diperkosa), atau bahkan anak yang bunuh diri loncat ke kereta api hingga kepalanya lepas diduga karena tak bisa bayar uang sekolah). Jujur saja, hanya di sini kita semua bisa merasa betapa berharganya nyawa kita, dan betapa beruntungnya hidup kita selama ini.

Ada beberapa pamali (percaya deh, karena gue dan senior gue ngalamin sendiri) yang tidak boleh diucapkan atau dilakukan oleh para ko-assisten yaitu :
1. Jangan pernah sompral menantang On-call, karena malah akan jadi banyak (gue waktu itu ampe 20 tamu sehari)
2. Jangan potong rambut (dari kepala, ketek, kaki, selangkangan, dsb), karena juga mengundang tamu untuk datang. (temen gue botakin rambut, besoknya langsung PLPD 4 biji), dan
3 Jangan sompral maenin mayat yang udah meninggal, tar diikutin sampe ke rumah. (klo ini senior gue yang ngalamin, dan beneran dia dari ngeliat sang 'tamu" depan kostan dia ampe kebawa-bawa mimpi)

Umumnya dalam satu rumah sakit, terdapat 3 kelompok ko-ass forensik dari 3 lulusan universitas yang berbeda, yaitu X, Y, dan Z. Setiap manusia yang ada di sana terdiri pula dari berbagai macam sifat dan bentuk. Di sinilah gue berkenalan dengan si sebut saja BUNGA. Bunga itu seorang cewe yang cantik rada-rada Indo dengan bodi yang bikin cowo2 meleleh liat dia. Bunga sendiri berasal dari keluarga terkemuka di Jakarta, bisa kita liat dari dandanan dia yang bermerk dan selalu menjaga penampilan saat datang (konon kata temennya dandan aja ampir 1 jam), lalu yang paling berkesan buat para cowo adalah dia SINGLE. Pasti semua heran kan, bagaimana bisa cewe secantik dan semanis itu yang selalu rapi dalam berpakaian, bermasa depan cerah (bukan artinya gue matre lho yee) belum pernah pacaran 1x pun dalam 22 tahun ini? jawabannya adalah karena dia MANJA.

Dalam kehidupan di Forensik, ada urutan pekerjaan dimana minggu pertama dan kedua sebagai Operator (yang bongkar-pasang mayat) dan Koret-koret (yang bertugas sebagai sekretaris sang Operator), minggu ketiga menjadi Observer (tugasnya mengajari dan mengamati pekerjaan Operator dan Koret2) dan minggu keempat menjadi minggu ujian (di sini kita hanya tanggung jawab absen aja). Parahnya kelakuan si Bunga adalah, dari minggu pertama hingga keempat, kerjaan dia hanyalah sebagai Observer (makanya dia dipanggil Super Observer). Jelas ini mengundang amarah serta kesel dari cewe-cewe laennya. Kenapa cowo ga pada marah?Karena semua takluk oleh strategi jitu Bunga sang Super Observer.

Strategi Bunga saat disuruh jadi operator, berawal dari kata-kata dan wajah memelas (sumpah gue juga terpedaya), seperti :
"Aduuuh, bunga pusing nih cium bau mayatnya...Kaka aja yang jadi operator ya?", yang lalu dijawab oleh para cowo
"Wah, kasiaan,,, ya udah deh kamu istirahat aja liat dari atas ya"
atau contoh laen
"Wuiiih, belatungnya banyak amat, Bunga paling takut lho, Ka, sama Belatung", yang kembali dijawab para cowo
"Kamu takut ya?Wajar sih cewe, sini biar Kaka aja yang jadi operatornya, kamu istirahat aja." (heran lho kenapa kita ga bisa nolak)
Nasiib...Nasiib...

Tapi empat minggu yang kami rasakan itu jadi tak terasa karena kehadiran Bunga, walau manja dan merepotkan, di satu sisi dia juga baik dan selalu care (kecuali dalam autopsi ya) klo temennya, mau cewe ataupun cowo, ada masalah. She's good listener, itu yang bisa gue deskripsiin soal dia, dan percayalah time warping selalu terjadi klo lu cerita ke dia dan dia ngasih kita petuah-petuah baik dari bimbingannya di gereja (dia termasuk anak yang taat beragama).

Setelah semua ini selesai, hanya ada satu hal yang di dalam pikiran gue. Ternyata bau ketek dan bau badan jauh lebih menakutkan dari bau mayat. Semoga temen-temen yang baca tidak lupa mandi terlebih dahulu saat ke forensik karena kalau tidak mandi pasti akan mengganggu temen sekitarnya (trust me, i'm the victim). Kira-kira segitu dulu cerita gue mengenai pengalaman di forensik dan bersama Bunga sang Super Observer, Hope U can enjoy it and thanks for the place to share (salah ga bahas inggris gue?) Phemaw.

Selasa, 06 Juli 2010

Introducing : Ko-Ass

Oke, inilah saat-saat yang gue tunggu-tunggu...menjadi Ko-ass (entah pake "ko" atau "co"). Setelah resmi di yudisium pada tanggal 6 Pebruari (bener lho tulisnya gitu, jd bukan salah gue) 2010, gue dan temen-temen sejawat gue akhirnya naik peringkat dari mahasiswa polos yang belum mengenal dunia rumah sakit menjadi seorang praktisi kesehatan yang tangguh. Kenapa gue tulis "tangguh"? mari kita simak dari definisi Ko-Ass yang akan gue jelaskan dibawah ini.

Ko-ass (atau bisa juga Co-ass) yang bukan berarti "wakil dari pantat" adalah kepanjangan dari Ko-assisten. Umumnya tugas Ko-ass adalah membantu dokter bekerja (baik yang umum maupun spesialis) dan belajar mencari pengalaman atas ilmu yang kami dapatkan di Pre-Klinik (Mahasiswa). Program kepanitraan klinik ini adalah pendidikan lanjutan bagi para calon dokter untuk mencapai gelar "dokter umum".

Hidup di dunia kedokteran tidaklah seperti yang dibayangkan temen-temen kita yang masuk ke program study laennya. Umumnya mereka saat mendengar kita masuk kedokteran responnya adalah sebagai berikut :

"Wiiih, keren, sob!!!Kedokteran!!!!Selamat ya...tar jadi dokter gue pengobatan gratis ya??!!!"
"Wew, Maw, gile lu masuk kedokteran!!!!Keren banget!!!Salutlah gue!!!!"
"Anj****zz, calon dokter euy, gayaaa...."
"Maw, tar lulus jadi dokter pribadi keluarga gue ya..." (buhsyet dah dicarter)

atau juga ada yang mengajak kenalan di Friendster, Facebook, atau Twitter (emang udh ada ya dulu?) sebagai berikut :

"Hey, salam kenal ya...wuih gaya lho kedokteran...tar inget-inget aku ya" (ketemu aja belum coba)
"Hallo, lam nal...Anak kedokteran ya?add aku yaa..." (umumnya cewe pada pake bahas sopan)
"Approve friend request aku ya,,,,anak kedokteran?udh punya pacar belum? :p" (aneh lho, sumpah!!!)

Yah, kira-kira begitulah tanggapan orang-orang yang tau kita masuk ke dunia kedokteran. Umumnya mereka semua melihat prospek cerah untuk masa depannya, tapi mereka ga liat bagaimana prosesnya kami untuk mencapai gelar "dokter umum".

Setelah tiga setengah tahun kami menimba ilmu di kancah dunia persilatan (baca : kedokteran-red). kami akan diwisuda dengan gelar S.Ked atau Sarjana Kedokteran dan dianggap sudah dapat memenuhi kriteria untuk mengaplikasikan ilmu kami di dalam rumah sakit sambil dibimbing oleh senior-senior kami (para dokter) untuk mencapai gelar "dokter umum". Saat ini gue dan temen-temen belum boleh praktek dan harus menyelesaikan program ini dulu agar bisa praktek.

Program Kepanitraan di rumah sakit ini kami jalani selama kurang lebih dua tahun (bisa kurang atau lebih tergantung manusianya sendiri). Di sini kami diberi gelar dokter muda oleh para perawat (tapi ada juga sih yang manggil ko-ass) dan respon perawat berbeda-beda tergantung dimana, kapan, bagaimana, dan apa yang kita lakukan di Bagian yang kita masuki (serius lho, kadang ada yang rese dan ada yang baik). Selama kepanitraan, kami berotasi kesetiap bagian dan menyerap ilmu-ilmu yang diberikan oleh para guru kami (dokter-red). Peserta diharuskan berkemeja rapi, dasi (terkadang), menggunakan jas putih, dan menggunakan name tag serta mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di setiap rumah sakit yang kami masuki.

Di sinilah banyak peristiwa-peristiwa lucu nan gokil, bodor nan biadab (lho?), goblok nan aneh yang sering terjadi. pengalaman-pengalaman ini bisa didapat di dokter senior, perawat, temen yang satu stase (bagian-red), bahkan pasien dan keluarga pasien. jadi di sini kami tidak hanya mempelajari mengenai ilmu kedokteran tetapi juga kehidupan, sosialisasi, dan suka-duka dunia kedokteran.

Tulisan ini gue persembahkan buat temen-temen gue, para pembaca, dan para calon dokter lainnya, rekan sejawat dan sepenanggungan agar kita bisa teringat lagi akan banyaknya hal-hal konyol yang kita dapatkan di ko-ass ini hingga kelak kita menjadi dokter. Harapan gue, pandangan orang akan kedokteran tidak lagi seperti dulu dan bisa lebih terbuka, sehingga saat kelak menjadi dokter tidak ada niat untuk "membalas dendam" kepada junior kita karena kita pun pernah melakukan hal-hal tersebut.

Buat semua ko-ass yang sedang menjalani program kepanitraannya, nikmatilah saat-saat tersebut. Karena semua itu akan berbekas dan menjadi kenangan tersendiri untuk kita semua. :))

Mengapa Blog ini dibuat???

Hai semuanya...Nama gue Adhitya Rahadi dan semenjak SMP teman-teman saya panggil Phemaw (yang entah kenapa ga bisa dilepas dan saya amat menyukai nama ini) karena nama Adhitya adalah nama yang lazim (atau pasaran) digunakan oleh para pria. Umur sekarang 22 tahun (tua dan telat ya) sekarang sedang menjalani Ko-assistensi di rumah sakit Immanuel Bandung. Kehidupan saya sehari-hari hanya sebagai calon dokter biasa yang sedang mengejar mimpi. Berawal dari membaca buku karangan Ferdiriva Hamzah mengenai kehidupan Ko-assisten (yang saat ini juga gue alami), lahirlah pemikiran untuk membuat blog kumpulan cerita saya dan rekan-rekan sejawat mengenai kehidupan per Ko-assistenan yang lucu, menarik, serem, suka, dan duka yang dapat menjadi kenangan buat semua orang. Yah, semua ini cuma buat kenangan-kenangan indah yang saya dan temen-temen lewatin selama ini...supaya bisa diinget dan berbagi dengan orang lain semua kenangan baik atau buruk yang terjadi...

Harapan Utama pembuatan blog ini adalah

1. Memberitahukan kepada masyarakat bagaimana kehidupan Ko-assisten dan dokter yang dialami di rumah sakit
2. Ingin Berbagi pengalaman lucu, menarik, serem, dan sebagainya dengan rekan sejawat
3. Buat yang sudah dokter bisa menjadi flashback buat ketawa-ketiwi mengingat zaman kita dulu,
4. Bacaan-bacaan tersebut juga dapat menjadi penghilang stress yang dialami di rumah sakit, dan
5. Merubah kehidupan di rumah sakit dengan tawa dan gembira :))

Well then, I'll start my blog after this.. :)

Buat yang mau ikutan bercerita :
Kirimkan ceritanya dengan format word dan boleh disertai foto ke alamat email phemaw.adit@gmail.com . Cerita yang dikirim akan dipilih, sedikit diedit atau apa adanya tanpa merubah nama pengirim (mau dirahasiakan atau tidak terserah pengirim). :)